Tidak ada produk di keranjang.
12 Kain Tenun Khas Indonesia yang Terkenal, Wajib Tahu
Indonesia punya banyak sekali kebudayaan dari setiap suku yang ada. Salah satu hasil barang budaya dari suatu suku daerah adalah kain tenun khas Indonesia. Kebanyakan masyarakat cuma kenal batik atau songket sebagai warisan budaya tak benda. Padahal Indonesia punya puluhan kain khas tradisional.
Kain tenun jadi produk budaya yang proses pembuatannya identik dengan kearifar lokal, artinya kain mewakili identitas daerah pembuatnya. Dalam artikel ini kita akan bahas jenis-jenis kain tenun, dari berbagai daerah di Indonesia. Sampai selesai artikel ini di baca, ya!
Jenis Jenis Kain Tenun Khas Indonesia
Sampai sekarang ada banyak jenis jenis kain tenun khas Indonesia, yang terkenal sampai luar negeri. Kain tenun punya corak atau motif yang berbeda-beda. Sesuai dengan adat, budaya, dan kesenian dari masing-masing suku daerah yang membuatnya. Inilah jenis jenis kain tenun terkenal yang ada di Indonesia.
1. Tenun Ulos Batak Toba (Sumatera Utara)
Pembuatan kain tenun ulos menjadi tugas wanita dan pakai alat tenun, bukan mesin. Masyarakat Batak sering pakai kain ulos di upacara-upacara adat seperti pernikahan, kelahiran, kematian, dan ritual lainnya.
Mereka mengganggap kain ulos adalah lambang ikatan kasih sayang, lambang komunikasi, dan kedudukan.
Ada tiga jenis jenis kain tenun ulos, yaitu:
- Pertama Sibolang, jenis ulos yang paling banyak orang gunakan, berwarna biru dengan pola mata panah. Berbentuk selendang dan sarung.
- Ragi hotang, punya tepi lebar dan berjumbai. Biasanya untuk acara pernikahan adat.
- Ragi hidup, hanya laki-laki yang bisa memakainya. Punya motif dua strip di bagian atas dan bawah.
2. Kain Tenun Khas Indonesia, Songket Palembang (Sumatera Selatan)
Tenun songket Palembang juga jadi salah satu kain tenun khas Indonesia yang paling kerkenal. Kata songket berasal dari dua kata, yaitu “songsong” yang artinya tenun dan “tekek” artinya sulam. Songket di buat dengan mesin tenun bingkai dengan pola yang rumit.
Para pembuatnya akan menyulam benang emas atau perak dengan jarum. Ada beberapa jenis jenis kain tenun songket Palembang, di antaranya adalah:
Ada enam jenis jenis kain tenun songket, yaitu:
- Pertama Lepus, tertutup benang emas di hampir seluruh bagian kain.
- Tawur, motifnya berkelompok dan menyebar, tapi nggak menutupi selurut kain.
- Tretes, motifnya hanya ada di pinggiran kain dan bagian tengahnya polos.
- Bungo Pacik, terbuat dari benang kapas putih dan sedikit menggunakan benang emas.
- Selanjutnya Limar, bercorak ikan yang berasal dari benang pakan yang dikat lalu di celupkan ke pewarna.
- Terakhir Rumpak, motif berupa kotak-kotak seperti sarung, penggunanya adalah laki-aki.
3. Kain Tenun Khas Indonesia, Songket Pandai Sikek Minangkabau (Sumatera Barat)
Pandai Sikek adalah suatu daerah di Tanah Datar, yang penduduknya terkenal menjadi perajin tenun songket yang indah dan mewah. Kain ini punya ciri khas pakai benang emas atau perak. Hasilnya berupa baju kurung, sarung, selendang, dan penutup kepala.
Ada dua jenis kain tenun songket Pandai Sikek, yaitu balapak dan batabua (bertabur). Songket balapak punya hiasan motif yang ada di seluruh permukaan kain. Sedangkan songket batabua, punya hiasan motif yang menyebar di beberapa bagian saja.
4. Kain Tenun Riau
Kemudian Kain tenun khas Indonesia dari Riau, merupakan warisan budaya yang kaya dan memiliki keunikan tersendiri. Proses pembuatan kain tenun di Riau melibatkan keterampilan tangan para perajin yang telah di wariskan secara turun-temurun.
Bahan baku yang umum di gunakan adalah serat alami, seperti kapas atau sutra, yang memberikan tekstur dan kekuatan pada kain.
Motif-motif yang di gunakan dalam kain tenun Riau seringkali mencerminkan nilai-nilai lokal, mitos, atau alam sekitar. Proses tenunnya melewati berbagai tahap.
Mulai dari pemilihan serat, pewarnaan alami menggunakan bahan-bahan organik. Hingga penggunaan alat tenun tradisional untuk membuat pola yang rumit dan indah.
Keunikan kain tenun Riau juga terletak pada teknik pemberian warna, yang menggunakan bahan alami seperti tumbuhan dan akar. Menciptakan varian warna yang khas. Setiap kain tenun tidak hanya sekadar produk tekstil, tetapi juga merupakan kearifan identitas budaya dan keahlian kreatif masyarakat Riau.
5. Kain Tenun Lampung
Selanjutnya kain tenun khas Indonesia dari Lampung, memiliki ciri khas dengan pola geometris yang indah dan warna-warna cerah. Proses pembuatannya di mulai dengan memilih serat alami.
Seperti kapas atau sutera, yang kemudian di pintal menjadi benang. Benang ini kemudian di celupkan ke dalam pewarna alami, yang sering berasal dari tumbuhan atau akar, untuk memberikan warna pada kain.
Pandai tenun Lampung menggunakan alat tradisional, seperti alat tenun pakan, untuk menenun benang-benang tersebut. Mereka menata benang secara hati-hati, menciptakan pola yang kompleks dan simetri. Kain tenun khas Indonesia ini, butuh dari skil terampil dan ketelatenan yang tinggi untuk prosesnya.
Selain itu, pewarnaan kain tenun Lampung juga memerlukan teknik khusus, seperti celup ikat atau celup horizontal, untuk menciptakan efek gradasi warna dan pola yang unik. Setelah kain selesai di tenun, biasanya akan melalui proses finishing untuk meningkatkan kekuatan dan keindahan tekstil.
Kain tenun Lampung bukan hanya produk seni, tetapi juga mencerminkan nilai budaya dan tradisi masyarakat Lampung yang kaya. Dengan detail dan keterampilan yang cermat, kain tenun Lampung menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang patut di lestarikan.
6. Kain tenun Khas Indonesia Badui (Banten)
Kain tenun Badui Banten merupakan warisan budaya yang unik. Prosesnya di mulai dengan pemilihan serat alami, seperti kapas atau serat tanaman, yang kemudian di pintal menjadi benang. Benang ini di tenun menggunakan alat tenun tradisional, dengan pola dan desain khas Badui.
Sebagai kain tenun khas Indonesia, proses pembuatannya sebagai berikut. Pertama, perempuan Badui memilih dan menyiapkan serat kapas yang kemudian di pintal menjadi benang. Menggunakan alat tradisional seperti distaff dan spindle. Proses pemintalan ini memerlukan keahlian khusus, untuk mendapatkan benang yang kuat dan seragam.
Kain tenun khas Indonesia Badui Banten. Setelah mendapatkan benang, proses tenun di mulai. Mereka menggunakan alat tenun tradisional yang di sebut dengan, “bikal” atau “tutug” untuk menghasilkan kain.
Pola dan desain kain tenun Badui Banten, seringkali mencerminkan nilai-nilai kehidupan dan alam sekitar. Dengan warna alami seperti merah dari daun mengkudu, hitam dari akar mengkudu, dan putih dari benang kapas alami.
Setiap langkah dalam proses pembuatan kain tenun Badui Banten di jalani dengan teliti. Dan keberlanjutan tradisi ini tetap di jaga. Kain tenun Badui Banten bukan hanya sebagai pakaian fungsional, tetapi juga sebagai ekspresi seni dan warisan budaya yang berharga.
7. Kain tenun Khas Indonesia Lurik (Yogyakarta)
Berikutnya kain tenun khas Indonesia lurik Yogyakarta. Kain Memiliki ciri khas berupa pola garis-garis yang terbentuk dari benang tengan dan benang samping. Proses pembuatannya melibatkan beberapa tahap yang detail. Pertama, benang katun di pilih dan di warnai menggunakan pewarna alami atau kimia sesuai desain yang di inginkan.
Setelah itu, benang di atur dan di jalin menggunakan alat tenun tradisional. Seperti alat tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) yang merupakan alat tenun non-elektrik. Proses pengaturan benang ini membutuhkan ketelitian tinggi agar pola lurik yang di inginkan dapat terbentuk dengan baik.
Kemudian, proses pemberian warna di lakukan melalui teknik ikat celup atau pencelupan benang. Ini melibatkan proses mengikat sebagian benang dengan tali, sebelum di celup ke dalam larutan pewarna. Setelah di celup, benang di keringkan dan di ulangi proses ini untuk mendapatkan pola warna yang di inginkan.
Selanjutnya, benang yang telah di warnai di jalin kembali dengan benang tengan dan benang samping, sesuai dengan pola desain. Proses ini memerlukan ketelitian dan keahlian tinggi agar pola lurik terbentuk secara rapi.
Terakhir, kain tenun khas Indonesia lurik Yogyakarta, yang telah selesai di jalin akan mengalami proses finishing. Seperti pencucian dan pelunturan untuk menghasilkan kain tenun lurik, yang lembut dan nyaman di gunakan.
Proses pembuatan kain tenun lurik Yogyakarta, membutuhkan keterampilan tenun yang tinggi. Serta pemahaman mendalam terhadap warisan budaya tradisional.
8. Kain Tenun Khas Indonesia, Sasak Lombok (Nusa Tenggara Barat)
Di Nusa Tenggara Barat, ada kain tenun khas Indonesia lain yang juga terkenal. Lebih tepatnya dari Suku Sasak Lombok. Nama sasak ada kaitannya sama kegiatan menenun, yang di sebut “sesek” yang berarti sesak.
Kegiatan menenun kain memang dengan cara, memasukkan benang satu persatu lalu di rapatkan (sesak). Selain untuk upacara adat atau keagamaan, para wanita di suku ini masih pakai kain tenun untuk pakaian sehari-hari.
Kain tenun sasak punya tekstur tebal, nggak gampang kusut, dan luntur. Kualitas tenunannya juga bagus banget karena susunan benang rapat banget, sehingga bikin kain lebih awet.
9. Tenun Ikat Sumba (Nusa Tenggara Timur)
Pembuatan kain tenun Sumba butuh waktu yang lama. Selembar kain bisa selesai dalam waktu enam bulan sampai tiga tahun. Selain menenun ada tahapan, di manakain harus di anginkan selama sebulan sebelum di celup ke minyak kemiri. Lalu, di simpan di keranjang tertutup agar warnanya jadi lebih indah.
Kain tenun ini masih pakai pewarna alami. Seperti warna merah dari akar mengkudu, warna biru memakai nila, cokelat dengan lumpur, dan kuning menggunakan kayu. Sedangkan untuk bikin motif benang-benang tenun di ikat dengan daun gewang, yaitu semacam daun palem. Agar motif dapat berbeda warna dengan warna dasar.
10. Kain Tenun Khas Indonesia Gringsing Tenganan (Bali)
Kain Grinsing yang asalnya dari Desa Tenganan Bali jadi satu-satunya, kain tenun khas Indonesia yang di buat pakai teknik ikat ganda. Prosesnya hanya pakai tangan tanpa bantuan mesin. Jadi butuh waktu lama untuk menyelesaikannya, sekitar 2-5tahun.
Untuk pewarnaannya pakai bahan alami kayak minyak kemiri agar lebih pekat dan tahan lama. Lalu, perlu pengulangan tiga kali proses pewarnaan. Agar mendapat tigawarna, yaitu merah, hitam, dan kuning. Karena proses pembuatannya lama dan rumit, kain Grinsing harganya mahal banget.
11. Kain Tenun Sasirangan, Banjar (Kalimantan Selatan)
Kain tenun sasirangan Banjar adalah karya seni tekstil khas Kalimantan Selatan, Indonesia. Proses pembuatannya dengan tenaga kerja manual yang terampil. Kain ini biasanya menggunakan warna-warna cerah dan pola yang khas.
Sasirangan di kenal karena teknik pewarnaan khasnya yang di sebut “merada”. Proses ini menggunakan cara melipat dan menjepit kain dengan benang, untuk membentuk pola sebelum pewarnaan. Warna dasar yang umum di gunakan adalah merah, hitam, dan putih. Setelah diwarnai, kain dikeringkan di bawah sinar matahari.
12. Kain Tenun Sidan (Kalimantan Barat)
Kain tenun sidan adalah kain tradisional yang berasal dari Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Merupakan hasil dari tenun tangan masyarakat setempat dan memiliki nilai budaya yang tinggi. Proses pembuatan kain tenun sidan di mulai dari memilih serat kapas atau serat alam lokal, yang kemudian di pintal menjadi benang.
Kain tenun khas Indonesia sidan juga sering di hiasi dengan ukiran, atau sulaman yang menambah keindahan dan keunikan. Proses ini membutuhkan keterampilan tinggi dan kesabaran, sehingga Kain tenun sidan tidak hanya menjadi pakaian tradisional, tetapi juga menjadi simbol keahlian dan identitas budaya masyarakat setempat.
Dan yang tak kalah menariknya kain tenun sidan pada tahun 2022, mendapatkan penghargaan Best Prize in Category Textiles dan Best of The Best. Dua penghargaan yang di berikan INACRAFT AWARDS, untuk pengrajin tradisional.
Baca pula: Sejarah Baju Batik Indonesia Fakta dan Keunikan Menarik
Sudah Paham Tentang Jenis Jenis Kain Tenun Khas Indonesia?
Setelah tahu berbagai kain tenun khas Indonesia di atas, kamu harus bangga jadi orang Indonesia yang punya keragaman budayanya. Kamu harus aktif ikut melestarikan alam, budaya, dan kerajinan yang di hasilkan oleh masyarakat lokal.
Kesimpulan
Kain tenun khas Indonesia adalah warisan budaya yang kaya dan bernilai tinggi. Artikel ini mengungkap keindahan dan keunikan kain tenun dari berbagai daerah di Indonesia, mencerminkan keahlian para perajin lokal. Selain sebagai simbol identitas, kain tenun juga memiliki peran ekonomi dan ekologi.
Mendukung keberlanjutan budaya dan lingkungan, dalam menghadapi tantangan global. Pelestarian dan promosi kain tenun menjadi kunci, untuk memastikan warisan berharga ini tetap hidup dan di hargai oleh generasi mendatang.
Untuk para pengunjung yang gemar membaca, Mitra Line menyediakan berbagai artikel menarik lainya. Artikel berfokus pada pembahasan, pengenalan seputar fesyen.
Karena memang Mitra Line website yang bergerak dalam usaha fesyen. Selamat membaca dan semoga mendapat manfaat di dalam setiap artikel Mitra Line.